Mufti Yang Seperti
Padi
Suatu ketika Abdullah bin Umar melewati halakah ilmiah di
masjid Kufah yang membicarakan sejarah peperangan. Di sana terdapat seorang
kharismatik yang menjadi perhatian hadirin. Abdullah bin Umar turut
mendengarkan dengan seksama apa yang diceritakan pimpinan halakah.
Begitu jelas dan rinci apa yang diceritakan pimpinan
halakah. Lengkap tanpa cacat. Dan hal ini membuat Ibnu Umar kagum dan
berkomentar, “Seakan orang ini mengikuti
peperangan bersama kita, dan sungguh dia lebih baik periwatannya dariku.”
Pimpinana halakah itu adalah Imam asy-Sya’biy. Seorang
ulama’ terkemuka yang bernama lengkap ‘Amr bin Syarahil bin Abd bin Dzi Kibar.
Beliau ;ahir di Kufah pada masa Sayidina Umar menjadi
khalifah, tepatnya pada tahun 17 H. Imam asy-Sya’biy adalah bayi kembar yang
bertubuh kurus dan kecil. Namun penguwasaan ilmunya tidak sekurus tubuhnya.
Kecerdasannya tidak sependek tubuhnya. Begitu besar dan tinggi ilmu yang
dimilikinya. Dan ialah tokoh panutan dan pilar islam.
Hobi Menghafal
Jika berbicara mengenai cara Imam asy-Sya’biy belajar,
beliau adalah teladan yang patut dicontoh, ditiru dan diikuti. Beliau tidak
pernah mencatat atau menulis keterangan dan ilmu yang disampaikan oleh gurunya.
Apa yang disampaikan oleh sang guru langsung dihafal oleh Imam asy-Sya’biy.
“(Dalam belajar) aku
tidak pernah menulis hitam diatas putih hingga sekarang. Dan tidak seorangpun
yang meriwayatkan hadis kepadaku kecuali aku langsung menghafalnya,” begitu
pengakuannya yang didengar oleh Ibnu Syibramah.
Begitu juga ketika Imam asy-Sya’biy belajar ilmu hitung
kepada al-Haris al-A’war, Imam asy-Sya’biy tidak pernah menulis apa yang
menjadi keterangan sang guru. Imam asy-Sya’biy hanya menghafal, menghafal, dan
menghafal.
Begitu gigih dalam menuntut ilmu. Kemanapun terdapat ilmu,
maka tempat itu menjadi tempat singgah Imam asy-Sya’biy. Kegigihan beliau
Nampak dari jumlah guru yang pernah beliau jumpai. Banyak dari para sahabat
nabi yang pernah menjadi gurunya (menurut penuturan Ahmad bin Abdullah
al-‘Ijliy ada sejumlah 48 Sahabat yang pernah menjadi guru Imam asy-Sya’biy).
Berikut adalah pembesar sahabat yang pernah menjadi guru
dalam rihlah ilmiahnya: Ali bin Abi Thalib, Sa’ad bin Abi Waqash, Said bin
Zaid, Abu Musa al-‘Asy’ariy, Usamah bin Zaid, Abu Hurairah, Ibnu Umar, Abdullah
bin ‘Amr, Ibnu Abbas, al-Hasan bin Ali, Abdullah bin Zubair, Anas bin Malik,
Sayidah Aisyah, Ummu Salamah, dan Ummu Hani’. Dan masih banyak sahabat lain
yang menjadi guru Imam asy-Sya’biy. Ada sekitar 500 lebih sahabat Nabi yang
pernah beliau temui dan hidup semasa dengan Imam asy-Sya’biy.
Banyak berguru kepada sahabat membuat Imam asy-Sya’biy hebat
dan kompeten dalam bidang keilmuan. ‘Asihim bin Sulaiman berkata, “tak pernah aku temui seorangpun yang lebih hebat
penguasaan hadisnya di Kufah, Bashrah, Hijaz, dan penjuru dunia (yang lain)
dari pada Imam asy-Sya’biy”
Oleh karenanya beliau terkenal sebagai ulama yang menguasai
banyak ilmu pengetahuan, rujukan para pelajar, dan menjadi mufti Kufah. Dari
itu Imam asy-Sya’biy pernah ditanya
perihal penguasaan ilmunya yang sangat luas, “dari mana anda memperoleh semua ilmu ini?” beliau menjawab, “Dengan meniadakan rasa susah, menelusuri
kota-kota, kesabaran yang menyerupai kesabaran burung dara dan bangun pagi hari
seperti bangunnya burung gagak.”
Dikagumi Kaisar Romawi
Tatkala tampuk kerajaan Bani Umayyah berada dibawah pimpinan
Abdul Malik bin Marwan, Imam asy-Sya’biy dilantik menjadi pendamping raja di
Damaskus. Segala urusan agama menjadi mudah jika diajukan kepada Imam
asy-Sya’biy. Dan sang raja tidak menyia-nyiakan kehebatan dan kecerdasan Imam
asy-Sya’biy.
Suatu ketika Imam asy-Sya’biy diutus oleh sang raja untuk
menemui Kaisar Romawi, Justinian. Untuk urusan penting.
Justinian kagum serta takjub ketika mendengar penjelasan
dari Imam asy-Sya’biy. Hal ini ditunjukkan dengan permintaan kaisar agar Imam
asy-Sya’biy sudi memperpanjang kunjungannya di Romawi.
Ketika Imam asy-Sya’biy pulang dan sampai diistana Abdul
Malik. Imam asy-Sya’biy memberikan titipan surat dari Kaisar Romawi kepada
Abdul Malik. Setelah membaca isi surat, sang raja bertanya pada Imam
asy-Sya’biy, “Apakah anda tahu apa yang
ditulis kaisar Romawi?”
“Apa yang ia tulis?”
Imam asy-Sya’biy bertanya.
“aku (Kaisar Romawi)
terhadap penduduk yang anda pimpin, kenapa mereka tidak melantik Imam
asy-Sya’biy sebagai raja?” Abdul Malik menirukan isi surat.
“Ia berkata demikian,
karena berjumpa dengan ku, andaikan ia berjumpa dengan anda, maka ia tidak
berkata demikian,” jawab Imam asy-Sya’biy merendah.
“Sejatinya ia iri
lantaran aku mempunyai pendamping seperti anda, dan ia hendak memancing
kemarahanku sehingga aku menyingkirkan anda.” Jelas raja.
Ketila pernyataan Abdul Malik ini sampai ditelinga Kaisar
Romawi, ia berkata, “Demi Allah, memang
aku tidak bermaksud selain itu.”
Bagaikan Padi
Selain hafal banyak hadis, beliau adalah pakar dibidang
fikih. Beliau sering berfatwa, dan sering pula orang-orang mendatangi Imam
asy-Sya’biy untuk konsultasi fikih. Oleh karenanya Sulaiman at-Taimiy
mengutamakan Imam asy-Sya’biy dari pada Imam Thawush, Atha’, Hasan al-Bashri,
dan Ibnu Sirin dalam masalah fikih.
Meski demikian, Imam asy-Sya’biy tidaklah sombong. Beliau
seperti padi, semakin menunduk ketika berisi. Semakin tawadhu’ dengan ilmu yang
dimiliki.
Pernah dalam suatu kesempatan, beliau didatangi tamu yang
hendak konsultasi fikih. Kepada Imam asy-Sya’biy ia berkata, “Jawablah wahai pakar fikih yang alim.”
Imam asy-Sya’biy menjawab, “janganlah memanggilku dengan sesuatu yang tidak ada padadiriku!
Ketahuilah, bahwa orang yang pakar fikih adalah orang yang menjauhi segala yang
diharamkan Allah, dan orang yang alim adalah orang yang benar-benar takut
kepada Allah. Kedua sifat itu tidak ada padaku.”
Pernah pula seorang bertanya pada Imam asy-Sya’biy. Beliau
menjawab, “dalam masalah ini Sayidina
Umar menjawab begini dan Sayidina Ali menjawab begini.”
Lalu si Sa’il berkata lagi, “lantas apa menurut anda wahai Abu’Amr?”
Beliau lantas tersenyum dan berkata, “Apa pentingnya pendapatku, jika anda telah mendengar jawaban Sayidina Umar
dan Sayidina Ali?”
Pernah pula dalam suatu kesempatan lain ada seorang yang
mencaci maki Imam asy-Sya’biy habis-habisan. Imam asy-Sya’biy tidak membalas
cacian itu, ia mendengar cacian dengan tenang. Ketika selesai dicaci, Imam
asy-Sya’biy berkata, “jika apa yang anda
tuduhkan padaku itu benar, semoga Allah mengampuniku. Namun, jika apa yang anda
tuduhkan itu dusta, semoga Allah mengampuni anda”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar