Jumat, 03 April 2015

Biografi ‘Amr bin Syarahil asy-Sya’biy



Mufti Yang Seperti Padi
Suatu ketika Abdullah bin Umar melewati halakah ilmiah di masjid Kufah yang membicarakan sejarah peperangan. Di sana terdapat seorang kharismatik yang menjadi perhatian hadirin. Abdullah bin Umar turut mendengarkan dengan seksama apa yang diceritakan pimpinan halakah.

Begitu jelas dan rinci apa yang diceritakan pimpinan halakah. Lengkap tanpa cacat. Dan hal ini membuat Ibnu Umar kagum dan berkomentar, “Seakan orang ini mengikuti peperangan bersama kita, dan sungguh dia lebih baik periwatannya dariku.

Pimpinana halakah itu adalah Imam asy-Sya’biy. Seorang ulama’ terkemuka yang bernama lengkap ‘Amr bin Syarahil bin Abd bin Dzi Kibar.

Beliau ;ahir di Kufah pada masa Sayidina Umar menjadi khalifah, tepatnya pada tahun 17 H. Imam asy-Sya’biy adalah bayi kembar yang bertubuh kurus dan kecil. Namun penguwasaan ilmunya tidak sekurus tubuhnya. Kecerdasannya tidak sependek tubuhnya. Begitu besar dan tinggi ilmu yang dimilikinya. Dan ialah tokoh panutan dan pilar islam.

Hobi Menghafal


Jika berbicara mengenai cara Imam asy-Sya’biy belajar, beliau adalah teladan yang patut dicontoh, ditiru dan diikuti. Beliau tidak pernah mencatat atau menulis keterangan dan ilmu yang disampaikan oleh gurunya. Apa yang disampaikan oleh sang guru langsung dihafal oleh Imam asy-Sya’biy.

(Dalam belajar) aku tidak pernah menulis hitam diatas putih hingga sekarang. Dan tidak seorangpun yang meriwayatkan hadis kepadaku kecuali aku langsung menghafalnya,” begitu pengakuannya yang didengar oleh Ibnu Syibramah.

Begitu juga ketika Imam asy-Sya’biy belajar ilmu hitung kepada al-Haris al-A’war, Imam asy-Sya’biy tidak pernah menulis apa yang menjadi keterangan sang guru. Imam asy-Sya’biy hanya menghafal, menghafal, dan menghafal.

Begitu gigih dalam menuntut ilmu. Kemanapun terdapat ilmu, maka tempat itu menjadi tempat singgah Imam asy-Sya’biy. Kegigihan beliau Nampak dari jumlah guru yang pernah beliau jumpai. Banyak dari para sahabat nabi yang pernah menjadi gurunya (menurut penuturan Ahmad bin Abdullah al-‘Ijliy ada sejumlah 48 Sahabat yang pernah menjadi guru Imam asy-Sya’biy).

Berikut adalah pembesar sahabat yang pernah menjadi guru dalam rihlah ilmiahnya: Ali bin Abi Thalib, Sa’ad bin Abi Waqash, Said bin Zaid, Abu Musa al-‘Asy’ariy, Usamah bin Zaid, Abu Hurairah, Ibnu Umar, Abdullah bin ‘Amr, Ibnu Abbas, al-Hasan bin Ali, Abdullah bin Zubair, Anas bin Malik, Sayidah Aisyah, Ummu Salamah, dan Ummu Hani’. Dan masih banyak sahabat lain yang menjadi guru Imam asy-Sya’biy. Ada sekitar 500 lebih sahabat Nabi yang pernah beliau temui dan hidup semasa dengan Imam asy-Sya’biy.

Banyak berguru kepada sahabat membuat Imam asy-Sya’biy hebat dan kompeten dalam bidang keilmuan. ‘Asihim bin Sulaiman berkata, “tak pernah aku temui seorangpun yang lebih hebat penguasaan hadisnya di Kufah, Bashrah, Hijaz, dan penjuru dunia (yang lain) dari pada Imam asy-Sya’biy”

Oleh karenanya beliau terkenal sebagai ulama yang menguasai banyak ilmu pengetahuan, rujukan para pelajar, dan menjadi mufti Kufah. Dari itu  Imam asy-Sya’biy pernah ditanya perihal penguasaan ilmunya yang sangat luas, “dari mana anda memperoleh semua ilmu ini?” beliau menjawab, “Dengan meniadakan rasa susah, menelusuri kota-kota, kesabaran yang menyerupai kesabaran burung dara dan bangun pagi hari seperti bangunnya burung gagak.

Dikagumi Kaisar Romawi


Tatkala tampuk kerajaan Bani Umayyah berada dibawah pimpinan Abdul Malik bin Marwan, Imam asy-Sya’biy dilantik menjadi pendamping raja di Damaskus. Segala urusan agama menjadi mudah jika diajukan kepada Imam asy-Sya’biy. Dan sang raja tidak menyia-nyiakan kehebatan dan kecerdasan Imam asy-Sya’biy.

Suatu ketika Imam asy-Sya’biy diutus oleh sang raja untuk menemui Kaisar Romawi, Justinian. Untuk urusan penting.

Justinian kagum serta takjub ketika mendengar penjelasan dari Imam asy-Sya’biy. Hal ini ditunjukkan dengan permintaan kaisar agar Imam asy-Sya’biy sudi memperpanjang kunjungannya di Romawi.

Ketika Imam asy-Sya’biy pulang dan sampai diistana Abdul Malik. Imam asy-Sya’biy memberikan titipan surat dari Kaisar Romawi kepada Abdul Malik. Setelah membaca isi surat, sang raja bertanya pada Imam asy-Sya’biy, “Apakah anda tahu apa yang ditulis kaisar Romawi?

Apa yang ia tulis?” Imam asy-Sya’biy bertanya.

aku (Kaisar Romawi) terhadap penduduk yang anda pimpin, kenapa mereka tidak melantik Imam asy-Sya’biy sebagai raja?” Abdul Malik menirukan isi surat.

Ia berkata demikian, karena berjumpa dengan ku, andaikan ia berjumpa dengan anda, maka ia tidak berkata demikian,” jawab Imam asy-Sya’biy merendah.

Sejatinya ia iri lantaran aku mempunyai pendamping seperti anda, dan ia hendak memancing kemarahanku sehingga aku menyingkirkan anda.” Jelas raja.

Ketila pernyataan Abdul Malik ini sampai ditelinga Kaisar Romawi, ia berkata, “Demi Allah, memang aku tidak bermaksud selain itu.

Bagaikan Padi


Selain hafal banyak hadis, beliau adalah pakar dibidang fikih. Beliau sering berfatwa, dan sering pula orang-orang mendatangi Imam asy-Sya’biy untuk konsultasi fikih. Oleh karenanya Sulaiman at-Taimiy mengutamakan Imam asy-Sya’biy dari pada Imam Thawush, Atha’, Hasan al-Bashri, dan Ibnu Sirin dalam masalah fikih.

Meski demikian, Imam asy-Sya’biy tidaklah sombong. Beliau seperti padi, semakin menunduk ketika berisi. Semakin tawadhu’ dengan ilmu yang dimiliki.

Pernah dalam suatu kesempatan, beliau didatangi tamu yang hendak konsultasi fikih. Kepada Imam asy-Sya’biy ia berkata, “Jawablah wahai pakar fikih yang alim.

Imam asy-Sya’biy menjawab, “janganlah memanggilku dengan sesuatu yang tidak ada padadiriku! Ketahuilah, bahwa orang yang pakar fikih adalah orang yang menjauhi segala yang diharamkan Allah, dan orang yang alim adalah orang yang benar-benar takut kepada Allah. Kedua sifat itu tidak ada padaku.

Pernah pula seorang bertanya pada Imam asy-Sya’biy. Beliau menjawab, “dalam masalah ini Sayidina Umar menjawab begini dan Sayidina Ali menjawab begini.

Lalu si Sa’il berkata lagi, “lantas apa menurut anda wahai Abu’Amr?

Beliau lantas tersenyum dan berkata, “Apa pentingnya pendapatku, jika anda telah mendengar jawaban Sayidina Umar dan Sayidina Ali?


Pernah pula dalam suatu kesempatan lain ada seorang yang mencaci maki Imam asy-Sya’biy habis-habisan. Imam asy-Sya’biy tidak membalas cacian itu, ia mendengar cacian dengan tenang. Ketika selesai dicaci, Imam asy-Sya’biy berkata, “jika apa yang anda tuduhkan padaku itu benar, semoga Allah mengampuniku. Namun, jika apa yang anda tuduhkan itu dusta, semoga Allah mengampuni anda

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cara Seo Blogger