Rabu, 18 Maret 2015

Rabi’ah al-Adawiyah, Pencetus Tasawuf Cinta


Dalam dunia tasawuf tidak ada perbedaan antara pria dengan wanita, tetapi umumnya para sufi adalah pria. Sebut saja syekh Jalaluddin Rumi, Imam al-Ghazali, dan Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Satu-satunya sufi wanita yang paling disebut adalah Rabi’ah al-Adawiyah.

Nama lengkapnya adalah Ummul-Khair Rabi’ah binti Ismail al-Adawaiyah. Beliau tergolong wanita sufi yang paling terkenal dalam sejarah islam. Dia dilahirkan sekitar tahun 95 H (713 M) di kota Bashrah, Irak. Dia disebut Rabi’ah  karena ia putrid keempat dari Ismail. Sedangkan adawiyah adalah karena dia berasal dari bani Adawiyah.

Pada masa itu, yang berkuasa di Bashrah adalah Bani Umayyah. Hidup mewah mulai meracuni masyarakat terutama di kalangan istana. Melihat kondisi demikian, kaum muslimin yang saleh merasa berkewajiban untuk menyerukan kepada masyarakat untuk hidup zuhud, sederhana, saleh, dan tidak tenggelam dalam kemewahan. Sejak saat itu, gaya hidup zuhud mulai menyebar luas di kalangan masyarakat. Diantara tokoh sufi yang juga ikut mewarnai perkembangan tasawuf pada masa itu adalah Rabi’ah al-Adawiyah.

Rabi’ah al-Adawiyah adalah sufi wanita yang member nuansa tersendiri dalam dunia tasawuf dengan pengenalan konsep Mahabbah.

Beliau kahir dalam sebuah lingkungan keluarga yang meiskin. Menjelang dewasa, ujian terus menerus menerpanya. Keadaan itu semakin buruk setelah beliau ditinggalkan ayah dan ibunya. Tidak sampai disana, beliau harus berpisah dari kakak-kakaknya. Puncaknya ketika beliau ditangkap oleh penjahat dan dijual kepada keluarga Atik dari suku Qais Banu Adwah sebagai budak. Pada keluarga ini ia bekerja keras, namun kemudian ia di bebaskan karena tuannya melihat cahaya yang memancar diatas kepala Rabi’ah dan menerangi seluruh ruangan rumah pada saat ia sedang beribadah.

Walaupun ia mendapatkan berbagai cobaan, namun tidak membuat beliau bersedih hati dan putus asa, bahkan membuat beliau semakin giat untuk melakukan ibadah. Rabi’ah al-Adawiyah yang seumur hidupnya tidak pernah menikah, dianggap mempunyai peran yang besar dalam memperkenalkan konsep “Cinta Allah” dalam tasawuf. Beliau merupakan pelopor tasawuf Mahabbah, yaitu penyerahan diri total kepada “kekasih” (Allah SWT) sehingga ia dikenal sebagai ibu besar para sufi (The Mother Of The Grand Master). Sebuahkonsep pendekatan diri pada tuhan atas dasarkecintaan, bukan karena takut akan siksa neraka ataupun mengaharap surga. Cinta Rabi’ah al-Adawiyah merupakan cinta yang tidak mengharap balasan.

Cinta Ilahi dalam pandangan kaum sufi memiliki nilai tertinggi. Bahkan kedudukan Mahabbah dalam maqam sufi tak ubahnya dengan maqam ma’rifat.


Beliau meninggal pada tahun  185 H./801 M. dan dimakamkan di Bashrah. Rabi’ah al-Adawiyah adalah seorang Zahidah sejati. Di kota ini namanya sangat harum sebagai seorang manusia suci dan seorang pengkhotbah.

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cara Seo Blogger