Sabtu, 28 Maret 2015

Ummul Mukminin Sayidah Aisyah binti Abu Bakar


Teladan Wanita Sepanjang Masa

Sebanyak tiga kali Nabi Muhammad bermimpi hal yang sama. Dalam mimpi itu rosulullah didatang olehmalaikat jibril yang membawa seorang perempuan yang ditutup mukanyadengan kain sutra. Lantas Jibril berkata, “Inilah istrimu.” Merasa penasaran, Rosulullah segera menyingsingkan kain penutup tersebut. Ternyata ia adalah Sayidah Aisyah binti Abu Bakar. Kemudian Rosulullah berkata, “jika ini memang benar dari Allah,Maka Dia pasti akan melakukannya (menakdirkannya.)” Hadis Muttafaq ‘alaih.

Berawal Dari Langit

Sayidah Aisyah binti Abu Bakar adalah gadis cerdas, istri yang paling dicintai oleh Rosulullah, putri dari sahabat yang paling dicintai oleh beliau, dan satu-satunya istri yang dinikahi dalam keadaan gadis. Beliau lahir dari rahim seorang ibu keturunan Bani Ghanm bin Malik bin Kinanah yang bernama Ummu Rummân.

Sayidah Aisyah binti Abu Bakar dilamar oleh Rosulullah melalui perantara seorang perempuan bernama Khaulah binti Hakim. Khaulah berkata, “Wahai Ummu Rummân, tidakkah kalian tahu bahwa Allah telah memberikan kebaikan dan keberkahan bagi keluargamu?
Apa itu?” Tanya Ummu Rummân.

Rosulullah mengingatkanku (menyuruh untuk melamar) Aisyah, putrimu.
Perasaan senang bercampur bahagia menghiasi hati keluarga Ummu Rumân. Lebih-lebih Abu Bakar ketika menndengarnya. Bagaimana tidak bahagia memiliki seorang menanti yang menjadi panutan manusia sejagat, manusia yang palingtinggi akhlaknya, manusia yang sempurna Muhammad Rosulullah,

Berpisah Lalu Menikah

Karena situasi Makkah yang begitu mengerikan bagi pemeluk Islam, atas perintah Allah, Rosulullah melakukan Hijrah ke Madinah. Dengan berat hati Aisyah melepas kekasih tercinta dan berpisah untuk sementara waktu dan keduanya pun dipisah oleh jarak yang begitu jauh.

Beberapa tahun kemudian, ketika Islam diterima dengan kepercayaan tinggi oleh Masyarakat Madinah, dan pasca kemenangan telak atas orang kafir dalam perang Badar (Ramadhan 2 H), Rosulullahmemulai hidup baru bersama Sayidah Aisyah binti Abu Bakar di rumah Nubuwah pada bulan syawal tahun 2 H.

Perpindahan Aisyah ke rumah nubuwah ini merupakan kejadian yang paling bersejarah bagi Sang Ummul Mukminin Sayidah Aisyah binti Abu Bakar. Dalam hal ini, Rosulullah mengadakan Walimatul-Urs secara sederhana. Rosulullah tidak menyembelih unta maupun kambing. Beliau hanya menyuguhkan susu dan beberapa makanan ringan kepada para tamu. Sedangkan mahar yang diberikan kepada Aisyah sekitar 500 dirham.

Istri Penurut

Menjadi istri dari manusia sempurna adalah kebahagiaan tertinggi yang dirasakan Aisyah. Dan hal itu menurut Aisyah untuk sebisa mungkin meneladani perilaku dan kebiasaan sang kekasih.
Karena keberadaan Rosulullah adalah orang yang sederhana, hidup apa adanya, Aisyah pun mengikuti kebiasaan tersebut. Dan rupanya Aisyah tidak meminta lebih kepada Rosulullah. Ia jalani rumah tangga dengan apa adanya dan penuh kesabaran.

Pernah dalam jangka waktu cukup lama tidak ada kepulan asap didapur Aisyah. Dan selama itu pula beliau dan Rosulullah hanya mengkonsumsi kurma dan air putih, tidak lebih. Jangankan minyak untuk menghidupkan lampu, di kala malam datang, minyak untuk makan pun mereka tidak memiliki.
Rumah yang menjadi saksi dalam perjalanan bahtera rumah tangga Aisyah bersama Rosulullah lokasinya berdampingan dengan masjid Nabawi. Rumah yang dibangun pertama kali pada saat Rosul baru pertama kali sampai di Madinah. Itu terbuat dari pelapah kurma, beratap rendah dan berpintu satu (tanpa daunpintu, hanya ditutupi dengan secarik kain).

Hidup sederhana tidak membuat Aisyah risih dan mengurangi rasa cintanya kepada Rosulullah. Bahkan cinta yang dirasakan Aisyah bertambah besar seiring dengan bertambahnya usia rumah tangga beliau.

Teladan Cinta Sejati

Dalam kesehariannya, Aisyah selalu berusaha tampil menarik di hadapan Rosulullah. Hal ini dilakukan agar kuncup cinta Rosulullah kepada dirinya bertambah mekar. Beliau juga berusaha membahagiakan suaminya meski kadang kala tindakannya itu tidak disukai Rosulullah.

Pernah seorang perempuan Anshar memasuki kamar Aisyah dan mengetahui alas yang digunakan Rosulullah adalah alas yang tidak layak dipakai untuk digunakan oleh orang terhormat seperti beliau. Perempuan itu pergi dan memberikan alas yang lebih bagus dan layak untuk digunakan oleh Rosulullah.

Rupanya Rosulullah tidak berkenan terhadap alas pemberian perempuan Anshar tadi. Setelah mengetahui latar belakang masalah, Rosulullah memerintahkan Aisyah untuk segera mengembalikan alas tersebut kepada pemiliknya.

Aisyah juga potret wanita yang terampil dan suka menampilkan sesuatu yang elegan dirumahnya. Beliau juga gemar menata dan menghias rumah juga perabot rumahnya menjadi indah. Pernah Aisyah memiliki kain yang bergambar, maka dengan keterampilannya jadilah kain itu hiasan dirumahnya. Namun karena gambar itu tidak cocok dengan kehendak sang kekasih, maka Aisyah permak lagi kain itu menjadi beberapa bantal.

Pernah juga Aisyah memiliki kain yang bergambar seekor burung. Beliau buat kain yang agak lebar itu sebagai satir pengganti daun pintu. Lagi-lagi Rosulullah tidak berkenan dengan gambar itu. Dengan nada lembut Rosulullah mengingatkan, “Pindahlah (Gambar) ini. Sebab setiap aku masuk rumah aku melihatnya dan hal itu membuatku ingat akan dunia (harta).

Meski berulangkali Rosulullah mengingatkan Aisyah atas ketidaktahuannya, hal itu tidak membuat cinta Aisyah pada Rosulullah tidak memudar. Bahkan beliau bersyukur memiliki suami yang selalu membimbing pada kebaikan dunia akhirat. Sebab cinta yang dimiliki Aisyah bukanlah cinta yang berdasarkan nafsu, melainkan cinta suci yang datangnya dari Ilahi.

Murid Istimewa Rosulullah SAW

Karena begitu dekatnya Aisyah dengan Rosulullah, beliau sering menyaksikan wahyu yang turun kepada rosulullah. Beliau juga memiliki banyak kesempatan untuk bertanya langsung kepada Rosulullah jika menemukan sesuatu yang belum dipaham.

Oleh karenanya, Sayidah Aisyah banyak menghafal hadis Nabi. Dan jika dibandingkan dengan para sahabat yang belajar kepada Rosulullah, Sayidah Aisyah adalah murid paling istimewa. Disebabkan kebanyakan hadis yang diterima oleh Sayidah Aisyah adalah hadis yang langsung beliau peroleh dari Rosulullah, tanpa perantara seorangpun. Dan rata-rata hadis yang diperoleh oleh Sayidah Aisyah jarang atau bahkan tidak dimiliki oleh sahabat yang lain.

Adalah hal yang sangat penting dilakukan oleh Ibnu Saad dalam Thabaqât-nya. Ia mencatat bahwa ada sekitar 700 perawi wanita muslimah. Dan yang berada di urutan pertama adalah nama Sayidah Aisyah binti Abu Bakar.

Tidak mengherankan jika Sayidah Aisyah menjadi istri yang paling dicintai Rosulullah dari pada istri-istri yang lain, setelah Khadijah al-Kubra.

Rujukan Para Sahabat

Pasca wafatnya Rosulullah, kamar yang ditempati Aisyah lebih berfungsi sebagai ‘Madrasah’ yang memunculkan para penyebar ilmu ke seluruh dunia. Para sahabat berdatangan guna bertanya hadis, meminta pemahaman suatu ayat, atau meminta fatwa hukum dari Sayidah Aisyah.

Abu Salamah mengakui hal itu dengan berkata, “aku tidak pernah melihat seorang lebih mengetahui Sunah rosulullah, lebih benar pendapatnya jika dia berpendapat, lebih mengetahui bagaimana al-Quran turun, serta lebih mengenal kewajibannya selain Sayidah Aisyah.”

Wafatnya Sayidah Aisyah


Sosok dermawan yang kerap dipanggil ‘Humaira’ oleh Rosulullah ini tutup usia pada malam selasa 17 Ramadhan 25 H dan dimakamkan di pemakaman Baqi’, Madinah.

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cara Seo Blogger