Selasa, 17 Maret 2015

Abdullah bin al-Mubarak(118-181 H), Ulama Mujtahid (Bagian 1)


Taklukkan seperempat Dunia Untuk Mencari Hadis

Tokoh ulama besar dan ahli hadis yang sangat masyhur. Juga, saudagar kaya raya nan dermawan. Tidak suka membiarkan kantong penuh dengan uang dan lebih memilih ‘tangan diatas’ dari pada ‘tangan di bawah’.

Ia adalah Abdullah bin al-Mubarak bin Wadhih al-Hanzhali al-Marwazi. Lahir pada tahun 118 H di merv (Marwa), sebuah kota yang dikenal sebagai gudang ilmuan di Turkmenistan. Wafat pada tahun 181 H di kota Hit, tepian sungai Eufrat.

Sang Penakluk

Ibnul Mubarak memulai perjalanan mencari ilmu pada tahun 141 H. setiap daerah yang kaya dengan khazanah keilmuan selalu di singgahinya. Dari Yaman di selatan sampai Syam di utara. Daerah-daerah pusat ilmu lain seperti Hijaz, Basrah, Kufah, dan Mesir juga menjadi tempat singgah Ibnul Mubarak dalam menuntut ilmu.

Abdurrahman bin Abi Hatim menyebutkan bahwa, seperempat dunia pernah ditaklukkan oleh Ibnul Mubarak untuk mencari hadis, mengajar, berhaji dan berdagang. Maka tidaklah berlebihan jika sejarawan adz-Dzahabi member julukan ‘Sang Penakluk’ bagi Ibnul Mubarak.
Ibnul Mubarak tidak hanya meriwayatkan hadis pada ulama yang lebih senior, bahkan yang lebih junior juga diriwayatkan hadisnya.

Dari perjalanannya ini banyak sekali hadis yang jarang diriwayatkan oleh selain Ibnul Mubarak. Bahkan, Ibnul Mubarak rela melakukan perjalanan dari Merv ke Ray dengan jarak tempuh sekitar 1000 km demi mendapatkan satu hadis dari Hasan al-Bashri.

Pengajar Sekaligus Pebisnis

Ibnul Mubarak berhasil menjalani peran sebagai ulama sekaligus saudagar dengan sama baiknya. Sehingga, satu hal yang paling Nampak dalam diri Ibnul Mubarak adalah menggunakan lisannya untuk mengajar dan berdakwah, serta menggunakan hartanya untuk perjuangan agama.

Ibnul Mubarak menjalani bisnisnya dengan cara tak lazim. Beliau tidak mau sibuk berkecipung dipasar. Beliau lebih banyak memfokuskan diri berdakwah tanpa melibatkan diri dalam dunia bisnis.
Perdagangan Ibnul Mubarak selalu mengalami keuntungan yang sangat besar. Namun, melimpahnya harta tidak lantas mengganggu ibadah dan dakwah beliau. Harta sama sekali tidak masuk kedalam hati, harta hanya sebatas di saku dan di pasar, tidak lebih.

Dengan keluasan ilmu dan amal, kerendahan hati, kedermawanan, serta jiwa sosial Ibnul Mubarak yang luar biasa, beliau menginfakkan kedua hartanya untuk kepentingan ilmu dan agama.
Jarang sekali Ibnul Mubarak menikmati kekayaan hartanya. Jika orang di sekitarnya makan enak dengan harta yang di infakkan Ibnul Mubarak, maka Ibnul Mubarak sendiri berpuasa. Jika orang di sekitarnya menikmati keindahan rumah, maka Ibnul Mubarak menangis mengharap kesederhanaan. Dan jika orang di sekitar Ibnul Mubarak merasa susah karena harta, maka Ibnul Mubarak memberikan apa yang ada di tangannya.

Berikut adalah beberapa cerita kedermawanan Ibnul Mubarak yang berhasil dicatat oleh tinta emas para sejarawan.

Ketika musim haji, Ibnul Mubarak mengumpulkan harta para penduduk Merv yang hendak berhaji. Kemudian Uang itu diberi nama sesuai pemiliknya dan diletakkan di dalam kunci lalu di kunci.
Rombongan berangkat. Masing-masing menunggangi kendaraan indah yang disewakan Ibnul Mubarak. Ibnul Mubarak juga tidak lupa membekali mereka dengan makanan terbaik. Itu semua diambil dari harta Ibnul Mubarak.

Di Baghdad, rombongan ini berbelanja untuk keperluan haji. Semua kebutuhan mereka di penuhi oleh Ibnul Mubarak. Semuanya menggunakan pakaian yang indah ketika melanjutkan perjalanan dari Baghdad menuju madinah.

Di madinah, Ibnul Mubarak menanyakan pada setiap orang dari rombongannya perihal cindramata apa yang akan diberikan kepada keluarga yang di rumah.

Usai pelaksanaan haji, Ibnul Mubarak menanyakan lagi kepada setiap orang dari rombongannya rombongannya perihal cindramata apa yang akan diberikan kepada keluarga di rumah.
Dalam perjalanan pulang menuju Merv, Ibnul Mubarak mengutus orang untuk memperbaiki rumah para jemaah haji ini.

Di Merv, Ibnul Mubarak mengadakan walimah haji selama 3 hari, member makanan dan Pakaian baru kepada para jemaah haji. Kemudian Ibnul Mubarak berdoa di samping peti yang berisi uang lalu membuka dan membagikan bungkusan uang kepada para jemaah sesuai nama yang tertulis, tanpa di gunakan sepeserpun! (Tarikh Baghdad).

Dalam perjalanan haji yang lain. Terdapat seekor burung mati milik salah Satu anggota rombongan. Lalu Ibnul Mubarak memerintahkan supaya burung itu di buang. Tak lama kemudian, ada seorang gadis mengambil bangkai burung itu lalu di bawanya pulang.

Merasa ada hal yang aneh, Ibnul Mubarak menghampiri rumah gadis itu, dan ternyata disana terdapat saudara dari si gadis.

“Aku dan saudaraku ini tidak memiliki sesuatu kecuali burung ini. Dan kami tidak memiliki makanan kecuali bangkai burung ini,” kata si gadis. Dahulunya, dua saudara ini memiliki ayah yang kaya raya, namun hartanya di zalimi oleh seseorang dan sang ayah sendiri dibunuh.

Kemudian Ibnul Mubarak memeriksa persediaan uang yang tersisa untuk perjalanan haji, ternyata masih tersisa 1000 dinar. Lalu beliau mengambil 20 dinar untuk ongkos pulang ke Marv, sedangkan sisanya diberikan kepada dua bersaudara ini.


Kepada rombongan haji yang gagal melanjutkan perjalanan haji, Ibnul Mubarak berkata, “(Apa yang telah aku lakukan) ini lebih uatama dari pada haji kita pada tahun ini,” (al-Bidayah wan-Nihayah).
Bersambung...........

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cara Seo Blogger