Beliau adalah Muhammad bin Bahadur bin Abdullah az-Zarkasyi
Badruddin Abu Abdillah. Lahir di mesir pada hari ahad, 3 rajab 794 H. Saat
belajar, az-Zarkasyi popular dengan kegigihannya. Halaini sebagaimana pendapat
Imam al-Barmawi.
Konon, untuk memperluas wawasan keagamaan, beliau sering
mendatangi took-toko kitab untuk sekedar membaca dan belajar, bukan untuk
membeli. Imam Ibnu Hajar berkata, “az-Zarkasyi jarang keluar rumah untuk
menemui tamu. Ia keluar hanya ke took-toko kitab untuk belajardisana. Disana ia
juga mendokumentasikan segala hala yang dianggap penting dalam buku catatannya,
kemudian ia bawa pulang untuk dikumpulkan dengan catatan lamanya yang ada di
rumah.”
az-Zarkasyi pernah di percaya sebagai pimpinan ‘Iwanusy-Syafi’iyah’
(Semacam Guru Besar) di madrasah Dzahiriyah al-Atiqah. Beliau juga menjadi
staff pengajar dan memberikan fatwa di sana. Selain itu, beliau juga menjadi
pimpinan tertinggi Masyikhah Khanaqah (semacam pemimpin kaum sufi) di daerah
Qrafah, Mesir.
Sebagai cendikiawan yang memiliki kapasitas keilmuan yang
luas, az-Zarkasyi tentu memiliki karangan-karangan yang di distribusikan secara
luas. Antara lain kitab al-Ijabah li-Iradi Ma-Istadradtuhu ‘Aisyah
alash-Shahabah, I’lamus-sajid bi Ahkamil-Masajid, al-Burhan fi Ulumil-Quran, dan
Syarhul-Bukhari.
Melihat karangan beliau bertajuk “al-Burhan fi
Ulumil-Quran” menunjukkan bahwa beliau tergolong ulama yang sangat alim.
Tak heran jika para mufassirin generasi
selanjutnya menjadikan kitab ini sebagai referensi saat mempelajari kajian yang
berkaitan dengan ilmu tafsir.
Di antara guru az-Zarkasyi adalah Jamaluddin al-Asnawi,
Sirajuddin al-Bulqini, dan Syekh Syihabuddin al-Adzra’i. penduduk mesir
bergemuruh saat tersebar kabar bahwa Imam az-Zarkasyi telah wafat, tepatnya di
Qarafah as-Sughra, Mesir. Pada tahun 745 H.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar