Adalah tokoh sufi
wanita terpopuler sepanjang masa. Cintanya yang murni jadikan dirinya tak
gentar menghadap neraka dan enggan mengharap surga. Ia pencetus warna baru
dalam dunia tasawwuf yang masyhur dengan makam mahabbah.
Rabiah binti
Ismail al-adawiyah lahir di kota Bashrah. Tidak ada data valid tentang tanggal
dan tahun lahirnya. Namun, menilik tahun wafatnya yang masih di perselisihkan
oleh ulama antara tahun 135 dan 185, sementara umurnya 80 tahun, di prediksi
beliau lahir sekitar ahun 55 H atau 105 H.
Potongan riwayat
hidup, petuah dan ibrahnya menjadi yang paling di minati oleh ulama kesohor
untuk di nukil. Bahkan, kisah fiksinya dengan Syekh Hasan al-Basri tersemat
dalam karya-karya monumental. Semua tentangnya mengandung magnet mempesona yang
menyedot perhatian cendikiawan.
Sepanjang usia, Rabiah al-Adawiyah
senantiasa bercucuran air mata. Hatinya
yang lembut mudah sekali tersentuh oleh kata-kata sejuk nan syahdu. Suatu
ketika, Abdullah bin Isa berkunjung ke rumah Rabiah al-Adawiyah, ia mendapati
wajahnya bercahaya dan berseri. Raut mukanya memercik bekas tangisan. Tatkala
seorang lelaki di sampingnya membaca ayat suci al-Quran yang memuat cerita
neraka, tangisannya pecah tersedu-sedu hingga membuat histeris.
Pernah pula suatu
hari Sajb bin Mandhur bertamu kerumahnya. Kala itu beliau sedang sujud. Sajb
bertutur, “saat merasakan kehadiranku, beliau bangun dari sujudnya.
Ternyata!, kudapati tempat sujudnya bak hamparan air tergenang tangisannya yang
tumpah”.
Rabiah
al-Adawiyah istikamah beribadah semalam seuntuk . hal ini di ceritakan oleh
pelayannya, Ubdah binti Abi Syawal. Ubdah berujar, “Rabiah al-Adawiyah salat
sepanjang malam. Ketika fajar terbit, ia tersentak oleh kehadirannya.
Samar-samar ku dengar perkataannya (kepada jiwanya), ‘Wahai jiwa! Berapa kali
kau tertidur. Hendak kemana kau terbangun. Ki rindukan kau terlelap dan tak
terjaga hingga hari pembangkitan’”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar