Walid bin Abdul Malik bin Marwan bin Hakam adalah penguasa
dinasti Umayyah ke-6, yang lahir pada tahun 48 H. sejak kecil telah hidup di
istana kerajaan. Seperti kebanyakan putera bangsawan lainnya. Walid kecil
sangat di manja oleh keluarga istana. Konon dia tumbuh dewasa dengan etika yang
kurang baik. Dan hal ini berlangsung hingga usia 36 tahun.
Kala itu, pada tahun 84 H ayahnya wafat, sehingga sebagai
putra mahkota dialah yang menjadi penerus sang ayah memakai mahkota raja
Dinasti Umayyah. Baru ketika itulahkehidupannya berangsur-angsur membaik,
sebagaimana bengsawan islam pendahulunya.
Saat menjadi raja, Walid kerap merenovasi masjid bersejarah,
diantaranya adalah masjid al-Aqsha. Masjid Nabawi pun tak lepas dari
perhatiannya. Perluasan masjid nabawi dilakukan hingga menutupi makam
Rosulullah yang asalnya berada diluar masjid. Walid juga membangun masjid besar
di ibu kota dinasti Umayyah, Damaskus. Masjid itu terkenal dengan masjid Jami’ Umawi,
yang pembangunannya menelan biaya sebesar 11.200.000 dinar.
Selain itu, walid juga punya militansi kuat untuk terus
mengirim pasukan guna menaklukkan kerajaan-kerajaan kafir. Pada masa inilah
islam mulai menyebar ke Bukhara, Khurasan dan sebagian wilayah eropa. Lantaran
banyaknya ekspansi meliter yang dilakukan, adz-Dzahabi menyamakan Walid dengan
Umar bin al-Khatttab, sebab dia berhasil menaklukan banyak wilayah sebagaimana
yang dilakukan khalifah Umar.
Karena keberhasilan ini, banyak sejarawan yang mengatakan
bahwa Muawiyah bin Abi Sufyan dan Walid bin Abdul Malik sama-sama mempunyai
jasa besar untuk kemajuan dinasti Umayyah. Jika Muawiyah sang pendiri, maka
Walid bin Abdul Malik yang menegakkannya hingga benar-benar kokoh.
Pada tahun 96 H bangsa Umayyah kehilangan seorang raja yang
banyak berjasa bagi rakyatnya. Walid bin Abdul Malik wafat pada usia 48 tahun.
Dia menjabat sebagai raja selama 13 tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar