Wabah Tha’un melanda. Sulit ada orang yang
selamat. Konon, ada suatu keluarga di sebuah pedesaan dihantam Wabah Tha’un.
Tetangga-tetangga cepat meninggalkan perkampungan itu, menjauh dari wabah
menular yang sangat mematikan tersebut.
Semua orang yakin, tak akan ada yang tersisa
di rumah itu. Tua, muda, ataupun bayi pasti sudah dilahap habis oleh Wabah
Tha’un. Diantara anggota keluarga dirumah itu, konon ada seorang bayi yang
masih menetek.
Hari berganti hari, pekan berganti pekan,
bulan berganti bulan, Wabah Tha’un lenyap dan perkampungan itu aman kembali
untuk ditempati. Beberapa orang berdatangan ke perkampungan yang sempat mati
itu. Mereka memasuki beberapa rumah-rumah yang sudah cukup lama ditinggal,
termasuk rumah keluarga yang habis dimakan Wabah Tha’un. Sanak famili membuka
rumah itu.
Betapa terkesiaap mereka, ternyata si bayi
maasih hidup, sedang yang lain sudah tinggal tulang belulangnya saja. Bayi yang
masih bisa merangkak itu bermain-main dengan anak anjig yang dulu merupakan
milik dari keluarga di rumah itu.
Ketika si bayi melihat induk anjing, maka ia
merangkak mendekatinya. Lalu anjing itu
memberikan susunya untuk diteteki oleh sibayi.
Rupanya sibaayi sudah lama menyusu kepada
anjing. Ia mungkin kelaparan, lalu ketika melihat anak-anak anjing menyusu,
insting berjalan, sehingga iapun berupaya menyusu kepada anjing itu.
Memang,
seperti sering dikatakan oleh Ulama, anjing merupakan hewan yang memiliki
banyak sifat baik terutama dalam mengabdi pada tuannya.
Diambil dari kitab: Tafdhîlul-Kilâb
alâ Katsîrin mimman Labisats-Tsiyâb, 6.
Silahkan Sebarkan Dan Komentar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar