Taklukkan seperempat Dunia Untuk Mencari Hadis
Tokoh ulama besar dan ahli hadis yang sangat masyhur. Juga,
saudagar kaya raya nan dermawan. Tidak suka membiarkan kantong penuh dengan
uang dan lebih memilih ‘tangan diatas’ dari pada ‘tangan di bawah’.
Ia adalah Abdullah bin al-Mubarak bin Wadhih al-Hanzhali
al-Marwazi. Lahir pada tahun 118 H di merv (Marwa), sebuah kota yang dikenal
sebagai gudang ilmuan di Turkmenistan. Wafat pada tahun 181 H di kota Hit,
tepian sungai Eufrat.
Sang Penakluk
Ibnul Mubarak memulai perjalanan mencari ilmu pada tahun 141
H. setiap daerah yang kaya dengan khazanah keilmuan selalu di singgahinya. Dari
Yaman di selatan sampai Syam di utara. Daerah-daerah pusat ilmu lain seperti
Hijaz, Basrah, Kufah, dan Mesir juga menjadi tempat singgah Ibnul Mubarak dalam
menuntut ilmu.
Abdurrahman bin Abi Hatim menyebutkan bahwa, seperempat
dunia pernah ditaklukkan oleh Ibnul Mubarak untuk mencari hadis, mengajar,
berhaji dan berdagang. Maka tidaklah berlebihan jika sejarawan adz-Dzahabi
member julukan ‘Sang Penakluk’ bagi Ibnul Mubarak.
Ibnul Mubarak tidak hanya meriwayatkan hadis pada ulama yang
lebih senior, bahkan yang lebih junior juga diriwayatkan hadisnya.
Dari perjalanannya ini banyak sekali hadis yang jarang
diriwayatkan oleh selain Ibnul Mubarak. Bahkan, Ibnul Mubarak rela melakukan
perjalanan dari Merv ke Ray dengan jarak tempuh sekitar 1000 km demi
mendapatkan satu hadis dari Hasan al-Bashri.
Pengajar Sekaligus Pebisnis
Ibnul Mubarak berhasil menjalani peran sebagai ulama
sekaligus saudagar dengan sama baiknya. Sehingga, satu hal yang paling Nampak
dalam diri Ibnul Mubarak adalah menggunakan lisannya untuk mengajar dan
berdakwah, serta menggunakan hartanya untuk perjuangan agama.
Ibnul Mubarak menjalani bisnisnya dengan cara tak lazim.
Beliau tidak mau sibuk berkecipung dipasar. Beliau lebih banyak memfokuskan
diri berdakwah tanpa melibatkan diri dalam dunia bisnis.
Perdagangan Ibnul Mubarak selalu mengalami keuntungan yang
sangat besar. Namun, melimpahnya harta tidak lantas mengganggu ibadah dan
dakwah beliau. Harta sama sekali tidak masuk kedalam hati, harta hanya sebatas
di saku dan di pasar, tidak lebih.
Dengan keluasan ilmu dan amal, kerendahan hati,
kedermawanan, serta jiwa sosial Ibnul Mubarak yang luar biasa, beliau
menginfakkan kedua hartanya untuk kepentingan ilmu dan agama.
Jarang sekali Ibnul Mubarak menikmati kekayaan hartanya.
Jika orang di sekitarnya makan enak dengan harta yang di infakkan Ibnul
Mubarak, maka Ibnul Mubarak sendiri berpuasa. Jika orang di sekitarnya
menikmati keindahan rumah, maka Ibnul Mubarak menangis mengharap kesederhanaan.
Dan jika orang di sekitar Ibnul Mubarak merasa susah karena harta, maka Ibnul
Mubarak memberikan apa yang ada di tangannya.
Berikut adalah beberapa cerita kedermawanan Ibnul Mubarak
yang berhasil dicatat oleh tinta emas para sejarawan.
Ketika musim haji, Ibnul Mubarak mengumpulkan harta para
penduduk Merv yang hendak berhaji. Kemudian Uang itu diberi nama sesuai
pemiliknya dan diletakkan di dalam kunci lalu di kunci.
Rombongan berangkat. Masing-masing menunggangi kendaraan
indah yang disewakan Ibnul Mubarak. Ibnul Mubarak juga tidak lupa membekali
mereka dengan makanan terbaik. Itu semua diambil dari harta Ibnul Mubarak.
Di Baghdad, rombongan ini berbelanja untuk keperluan haji.
Semua kebutuhan mereka di penuhi oleh Ibnul Mubarak. Semuanya menggunakan
pakaian yang indah ketika melanjutkan perjalanan dari Baghdad menuju madinah.
Di madinah, Ibnul Mubarak menanyakan pada setiap orang dari
rombongannya perihal cindramata apa yang akan diberikan kepada keluarga yang di
rumah.
Usai pelaksanaan haji, Ibnul Mubarak menanyakan lagi kepada
setiap orang dari rombongannya rombongannya perihal cindramata apa yang akan
diberikan kepada keluarga di rumah.
Dalam perjalanan pulang menuju Merv, Ibnul Mubarak mengutus
orang untuk memperbaiki rumah para jemaah haji ini.
Di Merv, Ibnul Mubarak mengadakan walimah haji selama 3
hari, member makanan dan Pakaian baru kepada para jemaah haji. Kemudian Ibnul
Mubarak berdoa di samping peti yang berisi uang lalu membuka dan membagikan
bungkusan uang kepada para jemaah sesuai nama yang tertulis, tanpa di gunakan
sepeserpun! (Tarikh Baghdad).
Dalam perjalanan haji yang lain. Terdapat seekor burung mati
milik salah Satu anggota rombongan. Lalu Ibnul Mubarak memerintahkan supaya
burung itu di buang. Tak lama kemudian, ada seorang gadis mengambil bangkai
burung itu lalu di bawanya pulang.
Merasa ada hal yang aneh, Ibnul Mubarak menghampiri rumah
gadis itu, dan ternyata disana terdapat saudara dari si gadis.
“Aku dan saudaraku ini tidak memiliki sesuatu kecuali burung
ini. Dan kami tidak memiliki makanan kecuali bangkai burung ini,” kata si gadis.
Dahulunya, dua saudara ini memiliki ayah yang kaya raya, namun hartanya di zalimi
oleh seseorang dan sang ayah sendiri dibunuh.
Kemudian Ibnul Mubarak memeriksa persediaan uang yang
tersisa untuk perjalanan haji, ternyata masih tersisa 1000 dinar. Lalu beliau
mengambil 20 dinar untuk ongkos pulang ke Marv, sedangkan sisanya diberikan
kepada dua bersaudara ini.
Kepada rombongan haji yang gagal melanjutkan perjalanan
haji, Ibnul Mubarak berkata, “(Apa yang telah aku lakukan) ini lebih uatama
dari pada haji kita pada tahun ini,” (al-Bidayah wan-Nihayah).
Bersambung...........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar