Sejarawan yang akan kita bicarakan kali ini lebih dikenal
dengan julukan Khudhari Bik. Bik, imbuhan kata belakang namanya, adalah gelar
bagi bangsawan mesir. Beliau sangat pantas sekali mendapat gelar sejarawan
islam. Karya-karyanya: Mahadharat fi Tarikhil Umam, Itmamul-Wafa,
Tarikhut-Tasyri’ al-Islami dan Nurul Yaqin. Adalah sederetan buku
yang mudah kita jumpai di perpustakaan
berbasis islam. Di samping itu, beliau juga merupakan dosen tetap
fakultas sejarah di Universitas al-Mishriyah.
Selain piawai dalam bidang sejarah, Khudhari Bik merupakan
salah seorang orang yang pakar Fiqh dan Ushul Fiqh. Terbukti dalam catatan
karirnya beliau pernah tercatat sebagai Qadhi Syar’I (Hakim Urusan Agama) untuk
wilayah Sudan.
Kendati Khudhari Bik juga mendalami berbagai disiplin ilmu
seperti Fiqh, Ushul Fiqh dan Balaghah, namun beliau tetap lebih favorit untuk
mengkaji sejarah. Dalam hal ini beliau pernah mengaku demikian; “sejak
semula aku temukan diriku sangat suka membaca buku-buku sejarah”. Pengakuan
ini beliau tulis di kata pengantar dalam buku sejarah Nurul Yaqin.
Khudhari Bik juga menyayangkan ketika umat islam banyak yang
tidak lagi memperdulikan sejarah. Sebab menurut beliau sejarah adalah suplemen
terbaik bagi otak manusia dan juga sejarah bisa berfungsi sebagai I’tibar bagi
generasi penerus.
Sebagai seorang intelektual, beliau terkenal sebagai sosok
controversial. Beliau kerap kali mengecam ulama seniornya yang menurut beliau
terlalu jumud dalam berpikir. Pemikiran keras Khudhari Bik ini sering mendapat
keritik pedas dari ulama lainnya. Bahkan ada sebuah buku setebal 2 jilid yang
khusus di tulis untuk menolak pemikiran Khudhari Bik. Buku itu berjudul Tahdzirul-Abqari
min Mahadharat al-Khudhari. Buku ini di tulis oleh Syekh Muhammad al-‘Arabi
ath-Thabari, salah satu ulama yang getol mengkritik pemikiran keras Khudhari
Bik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar